Jumat, 20 Mei 2011

Kisah MMM (Mutiara MM)

Hal yang paling kita takutkan secara umum ialah kematian, tapi pikirkanlah lagi! Bagi saya pribadi, hal yang paling saya hadapi adalah ketika ada orang yang kita sayangi disakiti hatinya atau menyakiti hati kita. Kita pasti membela orang tersebut mati-matian apapun resikonya untuk menghilangkan rasa sakitnya itu. Namun yang saya hadapi adalah masalah yang sulit dalam bab ini. Bagaimana apabila dua sahabat yang sudah kita anggap saudara saling menyakiti hanya karena kurangnya rasa toleransi? Siapa yang harus kita bela? Yang lebih menyayangi dan menyegani kita dalam segala bidang? Atau yang satunya lagi yang mungkin bukan "tipe" kita? Yang dari dulu bersalah adalah saya. Saya berpikir bahwa kedua sahabat yang saya bicarakan di sini adalah orang-orang seperti saya: sangat mudah menoleransi orang lain meskipun telah merugikan. Saya tidak bermaksud sombong di kalimat sebelumnya karena sudah jelas bahwa saya orang yang jauh lebih lemah dari pada dua sahabatku itu. Mereka adalah sahabat2 yang baik bagi saya, kami selalu kompak bertiga (dulunya), entah di pergaulan maupun dalam berkarya. Mereka adalah alasan saya untuk semangat berkarya dan memaksimalkan bakat. Kami juga seimbang; yang satu egois yang lainnya tidak; yang satu sensitive juga ada yang kaku. Kami seperti satu tubuh yang dapat memecahkan semua masalah bersama. Muncul di pikiranku bahwa tahun ajaran ini akan menjadi yang terbaik.

Tapi entah mengapa, di tengah jalan, segala toleransi dan kasih sayang hilang dalam sekejap. Dan merusak separuh hidupku. Satu masalah kecil yang berupa kesalahpahaman pun samapai seperti kita harus memenaggil "psikolog". Satu orang diantara sahabatku memiliki rasa ke-"gang"-an yang tinggi, sehingga harus membuat saya memilih salah satu. Hal ini bagaikan memilih antara ayah dan ibu. Saya tidak menyalahkan seorangpun dlm masalah ini. Satu sahabat saya yang barusan saya sebutkan, sebut saja A, menganggap saya memihak yang lain, sebut saja B. Hal ini membuat saya sangat bingung dalam menyelesaikan masalah, memilih tidak bisa, membangkitkan toleransi saya tidak mampu sebagai orang yang lemah. Tidak ada yag dapat saya lakukan sejauh ini. Sekarang, A menganggap kami berdua musuh bebuyutan seperti yang dikatakannya. Hati saya sakit saat menerima perkataan tersebut meskipun ekspresi yang saya berikan hanya berupa kata2 lembut seperti "terserah". Saya sudah berjanji pada awal persahabatan ini untuk menerima segala bentuk watak yang mereka miliki, namun mengapa mereka tidak dapat berjanji seperti saya? Semakin saya bertujuan untuk memperbaiki keadaan, semakin buruk ceritanya berlangsung. Keduanya aku sayangi.....




Ini adalah salah satu alasan kami membubarkan MM. Hal seperti ini lah yang saya tidak ingin terjadi, semoga artikel saya ini di antara kami maupun di antara pembaca. Terima kasih, saya harap dapat sedikit berguna pengalaman pribadi saya ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar